JUNI 2012
24 Juni 2012 :
Inisiatif untuk melakukan sebuah Musyawarah Nasional Mahasiswa Se-Indonesia di gagas pada bulan Juni 2012, paska Pertemuan Mahasiswa Tingkat Nasional-Konsolidasi Mahasiswa Nasional Indonesia (KOMANDO) 18-20 Mei 2012 di Makassar. Hal ini merupakan amanat hasil dari konsolidasi di Makassar untuk melanjutkan konsolidasi kembali pada bulan September 2012 dalam agenda kembali bermusyawarah dikarenakan melihat kebutuhan akan adanya pertemuan tingkat Nasional di level Mahasiswa yang bertemu untuk membahas jalan keluar dari persoalan bangsa hari ini dan harus dalam bentuk yang lebih konkret.
Akhirnya, keputusan pun diambil
untuk melaksanakan Munas di kampus Unswagati Cirebon pada tanggal 18-20 bulan
September 2012.
Dasar keputusan
Cirebon sebagai tuan rumah
Musyawarah Nasional Mahasiswa Indonesia adalah mengambil semangat kesejarahan
djuang Cirebon dalam menegakkan eksistensi Nusantara dan Kemerdekaan Indonesia
yang tercermin dalam rangkaian sejarah perlawanan Raja Demak bersama Sunan
Gunung Jati terhadap Portugis di Batavia serta pengakuan dunia Internasional
terhadap Kemerdekaan Indonesia dalam kesepakatan Perjanjian Linggar jati. Semangat
ini secara simbolik oleh Panitia Pelaksana menjadikan lambang Macan Ali sebagai
lambang MUNAS Mahasiswa Indonesia.
29 Juni 2012
:
Beberapa Presiden Mahasiswa antara
lain UNSWAGANTI dan UNPAM pun mulai mendatangi kampus-kampus di beberapa kota
dalam rangka mensosialisasikan rencana kegiatan tersebut.
JULI 2012
07 Juli 2012 :
Proposal pun dibuat, disetujui
oleh Rektorat UNSWAGANTI dan pelaksana kegiatan tersebut adalah LPM ( Lembaga
Pers Mahasiswa ) Unswagati. Undangan pun mulai disebarkan ke Seluruh Indonesia.
Dan perlu diketahui, Bahwa Rektor
dalam Susunan Panitia sebagai Pelindung dan Wakil Rektor III Sebagai Penasehat,
BEM dan BPM Univ. sebagai Penanggung jawab.
SEPTEMBER 2012
11 September 2012 :
Setelah undangan tersebar semenjak
dua bulan yang lalu (Juni-Agustus 2012), tiba-tiba panitia pelaksana kegiatan
LPM ( Lembaga Pers Mahasiswa ) Unswagati mendapatkan surat dari Rektor yang menyatakan membatalkan persetujuan kegiatan
Munas Mahasiswa Se-Indonesia. Panitia pelaksana pun meminta audiensi dengan
Rektor Unswagati.
13 September 2012 :
WR III Unswagati membeberkan
kepada panitia bahwa dia mendapatkan tekanan dari BIN pusat. Dan semalam (12/9)
sekitar pukul 24.00 wib rumahnya didatangi aparat.
14 September 2012 :
Audiensi dilakukan. Akhirnya,
setelah dijelaskan oleh Rektor Unswagati pun memahami maksud panitia pelaksana
kegiatan dan mendukung sepenuhnya
kegiatan tersebut, namun berpesan pada panitia tetap menjaga nama baik kampus.
Didepan kampus Unswagati, mulai terlihat Aparat Polisi bersenjata lengkap
berjaga-jaga.
15 September 2012 :
Panitia pelaksana mendapatkan surat bahwa aula kampus dan
Asrama Pusdiklatpri Kota Cirebon yang akan digunakan untuk Munas tidak bisa
digunakan. Panitia pun mulai mengidentifikasikan tempat-tempat lain yang dapat
digunakan.
16 September 2012 :
Panitia terus berkeliling dan
masih belum mendapatkan gedung Kondisi kampus Unswagati terus dijaga, bahkan
Satpam kampus dan Menwa (Resimen Mahasiswa) ikut mengawasi kegiatan panitia.
Tentu saja ini menjadi pertanyaan dan pembahasan di ke
panitiaan karena hal ini terjadi tidak seperti biasanya .
17 September 2012 :
17 September 2012 :
Panitia mendapatkan kepastian Tempat seminar Nasional di Keraton kesepuhan Cirebon dan telah mengantongi izin dari kesultanan kesepuhan, sedangkan mengenai Munas Mahasiswa Indonesianya direncanakan di Asrama Haji, Watu Belah Cirebon.
Peserta mulai berdatangan. Tapi,
ternyata pihak kampus melalaui WR 3 menolak peserta diinapkan di kampus. Di
sinyalir,pihak kampus mendapatkan intimidasi dan tekanan dari pihak-pihak yang
tidak menginginkan seminar dan munas
terlaksana.
18 September 2012 :
Pukul 06:00 Wib
Peserta Seminar Nasaional mulai
berdatangan dan terakumulasi mencapai 148 delegasi organisasi mahasiswa se
Indonesia.
Pukul 07.15 Wib
Namun, tiba-tiba empat orang
berpakaian sipil yang mengaku sebagai polisi bertertiak-teriak di sekitar
lokasi Seminar Nasional tersebut (keratin).
Mereka (Polisi) menendangi kursi peserta dan mencambuki
peserta-peserta memakai jaket mereka. Tidak itu saja, bahkan mereka merampas id
card peserta dan panitia, daftar hadir, uang registrasi peserta dan beberapa
barang lainya milik panitia dengan dalih sebagai barang bukti.
Panitia mencoba berdialog dengan
polisi dan lurah keraton (Elang Bandi), namun terus menerus dibentak dan
didorong keluar keraton kesepuhan. Akhirnya peserta dan panitia mengalah dan
memutuskan bertahan di luar pintu gerbang keraton ditengah 3 kompi Dalmas yang
sudah bersiap.
Tidak sedikit peserta yang
tertekan karena kaget mendapat perlakuan demikian dari “keraton” dan
kepolisian. Panitia sendiri merasa kebingungan, karena merasa sudah mendapat izin
restu dari Sultan Sepuh Kasepuhan XIV Arief Natadiningrat SE., namun alasan
polisi membubarkan kegiatan tersebut adalah karena tidak mengantongi izin dari
kepolisian, bahkan ada salah satu orang polisi yang belakangan diketahui
sebagai Kasatintelkam Polresta Cirebon
menuduh mahasiswa sedang melakukan kegiatan MAKAR . Tentu saja kami panitia dan
peserta seminar nasional yang seluruhnya adalah ketua BEM kampus se-Indonesia
merasa bahwa ada tindakan yang berlebihan sedang dikondisikan oleh pihak
kepolisian secara teori potensial polisi sedang menskenariokan bentrokan warga
terhadap acara MUNAS Mahasiswa Indonesia.
Perlu diketahui bersama Thema
Besar MUNAS Mahasiswa Indonesia adalah “Kembali
ke Takdir Indonesia 1945 Mempersatukan Khidmat Mahasiswa dan Rakyat Menuju
Indonesia yang Berdaulat, Adil dan Makmur”. Sama sekali tidak ada
hubungannya dengan MAKAR seperti yang dituduhkan polisi (Kasatintelkam Polresta Cirebon).
Akhirnya, kami (perwakilan
panitia) dan polisi (Kapolresta Cirebon) diundang masuk ke dalam oleh Kesepuhan,
menuju ke dalam keraton identitas kami disita sementara oleh polisi. Setelah
bertemu, Sultan akhirnya memutuskan membolehkan mahasiswa se-Indonesia masuk ke
dalam lingkungan keraton dan diperbolehkan berkeliling melihat-lihat dengan
dipandu abdi dalem keraton.
Peserta dan panitia akhirnya
diperbolehkan masuk kembali ke Keraton, akhirnya di dalam kami melakukan diskusi
santai dengan tetap pantauan ketat oleh beberapa intel. Polisi berseragam pun
pulang.
Pukul 14: 10 Wib
kami(panitia)kembali didatangi
oleh pihak keraton, dan menyarankan mahasiswa untuk menyudahi kegiatan.
Pukul 14 : 45 wib
Tiba-tiba panitia mendapat kabar
dari pengelola gedung asrama haji, tidak bisa memberikan surat ijin tempat
dengan alasan panitia belum mengantongi ijin keramaian digedung asrama haji.
Ternyata tidak hanya disitu hampir seluruh fasilaitas tempat yang biasa
digunakan untuk Mahasiswa berkegiatan di wilayah CIREBON tidak dapat di gunakan
oleh kegiatan kita yang dimana terus polisi melalui perangkatnya melakukan
tekanan intimidasi kepada tempat-tempat yang berani menerima kegitan MUNAS
Mahasiswa Indonesia berlangsung dengan tuduhan terlibat mendukung dalam Gerakan
MAKAR, serta polisi terus melakukan konsolidasi kordinasi dalam merekayasa
benturan antara Mahasiswa Indonesia dengan WARGA.
Melihat kondisi ini panitia dan
peserta bersepakat MUNAS harus tetap dilakukan walaupun harus dilapangan maupun
di alam terbuka tanpa atap dengan segala macam bentuk kekurangan serta tekanan
“KARENA KITA MEYAKINI BAHWA KITA SEDANG MEMBICARAKAN KEBENARAN TERHADAP KONDISI
BANGSA HARI INI”, karna tidak ada lagi tempat yang dapat kami singgahi lagi
hanya untuk sekedar bermusyawarah membahas persoalan bangsa .
Pukul 16 : 50 wib
Akhirnya, panitia dan peserta
berpindah kekampus I Unswagati untuk beristirahat dan bermalam namun ternyata lagi – panitia didatangi oleh
WR 3 Unswagati dan kampus meminta agar tamu peserta (ketua BEM se-indonesia) harus
meninggalkan kampus Unswagati besoknya
pukul 10 : 00 Wib. Semakin terlihat jelas ada “kekalapan” polisi yang
sudah pasti perintah Pusat baik Mabes maupun Polda Jabar melakukan tekanan luar
biasa dan berpotensi pengancaman terhadap pihak kampus apakah hanya untuk
sekedar dan bermalam saja bahkan kami tidak diperkenankan .
Perlu diketahui bahwa KAPOLDA
JABAR merupakan bekas Ajd SBY dan berharap ini menjadi prestasi menuju MABES
POLRI
19 September 2012 :
Pukul 10 : 00 wib
Benar saja pihak kampus kembali
mendatangi panitia dengan kondisi sudah
tidak mampu lagi membendung tekanan dan intervensi “MEREKA”, menempatkan kampus mengambil pilihan berhadap-hadapan
dengan mahasiswa. Panitia meminta untuk diberikan kesempatan tambahan waktu merapatkan
soal teknis fieldtrip sejarah ke gedung perjanjian linggarjati dan teknis
kepulangan para peserta.
Panitia menyadari penuh
keterdesakan kampus terhadap kondisi dan situasi ini serta keterpaksaan kampus
harus dihadapkan kepada mahasiswa. Karena sampai akhir pun kampus tetap berpihak
kepada mahasiswa dengan memfasilitasi kendaraan menuju ke Gedung Perjanjian
Linggar jati.
Pukul 14:00 Wib
Peserta berangkat ke gedung
linggar jati dengan dua gelombang, ternyata setelah gelombang pertama sampai ke
Gedung/Monumen Perjanjian Linggar Jati wilayah sudah kembali berada dalam
tekanan pihak Kepolisian dan memberitakan kepada perangkat desa/dukuh bahwa
mahasiswa akan membuat KERIBUTAN di Wilayah sekitar Linggar djati yang sudah
tentu ini menimbulkan kebingungan perangkat desa/dukuh yang harus bangun dari
tidur siang karena di satroni polisi serta perangkatnya.
Pukul 17:00 Wib
Peserta gelombang ke dua sampai
yang merupakan ketua-ketua Bem Univ/Fak. Hima/Organisasi Kemahasiswaan ke
Gedung/Monumen Perjanjian Linggar Jati, kedatangan para pemimpin-pemimpin
mahasiswa semakin terlihat betapa ketatnya polisi membuat formasi lapisan
pengamanan, dimana pengamanan pertama di dominasi oleh 80% intel 10 % polisi
berseragam 10% Preman jelas dari formasi ini polisi berusaha melakukan
penggalangan dengan tekanan bahwa warga akan dihadapkan kepada mahasiswa
melalui sekenario provokasi preman atas nama warga sekitar.
Lapisan ke dua dan ketiga sudah
pasti lapisan pasukan untuk meligitimasi penangkapan dan pemeriksaan dengan judul
besar “Tindakan Anarkis Mahasiswa” yang berujung kembali mengkriminalkan
gerakan MAHASISWA.
Melihat kondisi ini maka para
pemimpin mahasiswa membangun kesepakatan menutup acara MUNAS Mahasiswa
Indonesia yang telah menghasilkan Manifesto Mahasiswa serta menyusun gerak
serempak dalam gerakan oktober 2012 menuju SUMPAH PEMUDA yang disaksikan secara
bisu tetapi memiliki makna di depan monument perjanjian linggar djati dengan di
iringi khidmat lagu Indonesia Raya.
Serta para pemimpin mahasiswa
bersepakat mewakili dan terwakili sebagai wilayah untuk melakukan pematangan
hasil MUNAS Mahasiswa Indonesia di Perbatasan Jakarta-Tanggerang Selatan Univ.
Muhamadiyah Jakarta serta Univ. Pamulang.
Pukul 19:00 Wib
Pemimpin-pemimpin Mahasiswa
bersama peserta Jakarta dan wilayah luar jawa berangkat ke Jakarta dan peserta
wilayah jawa barat, tengah dan timur kembali ke daerah masing-masing dengan
pemimpin-pemimpin mereka ke Jakarta……..
Ttd
Humas Munas Mahasiswa se-Indonesia
Menjadi Catatan Kita Bersama
- Sekenario yang telah dilakukan oleh pihak aparatur polisi dan kepentingan SBY dalam mengartikan PARANOIT pemerintah hari ini menempatkan kondisi Cirebon mengulangi sejarah perjalanan pasca Kemerdekaan Indonesia yaitu tepatnya Peristiwa Serangan Umum 1 Maret dimana dalam sejarah ini pejuang rakyat dan pemuda dalam komando TKR menghadapi Agresi Militer Belanda dapat perlindangan oleh Kraton Yogyakarta pasca menghadapi agresi militer Belanda yang akan kembali mengganggu eksistensi kedaulatan Indonesia yang telah Merdeka. Jelas siapa penjajah dan pejuang dalam cerita sejarah ini.
Lalu Cirebon, Intervensi yang luar biasa
telah di lakukan oleh aparatur polisi dan lingkar SBY menghadapi MUNAS
Mahasiswa Indonesia menempatkan mahasiswa tidak memiliki pilihan tempat dan
berujung kepada Kesepuhan Kraton Cirebon. Jadi
kita mempertegas keberadaan MUNAS Mahasiswa Indonesia di Kesepuhan Cirebon
bukan didasari sebatas wisata budaya melainkan di desaknya mahasiswa dengan
intervensi serta intimidasi tempat-tempat yang akan di gunakan MUNAS Mahasiswa
Indonesia. Jelas siapa belanda sang penjajah dan Pemuda, rakyat dalam komando
TKR sebagai pejuang dalam cerita sejarah ini.
- PARANOIT berlebihan menempatkan citra POLRI hanya sebagai alat kekuasaan dan tidak lagi mampu berfikir secara akal sehat dengan tindakan-tindakan yang telah mereka lakukan dalam mensabotase dan mencekal tempat-tempat di wilayah Cirebon serta perbatasan cirebon-kuningan dengan berlebihannya menghadapi anak bangsa yaitu MAHASISWA Indonesia dengan terkutip
Pukul 14:00 Wib
Peserta berangkat ke gedung linggar jati dengan dua gelombang,
ternyata setelah gelombang pertama sampai ke Gedung/Monumen Perjanjian Linggar
Jati wilayah sudah kembali berada dalam tekanan pihak Kepolisian dan
memberitakan kepada perangkat desa/dukuh bahwa mahasiswa akan membuat KERIBUTAN
di Wilayah sekitar Linggar djati yang sudah tentu ini menimbulkan kebingungan
perangkat desa/dukuh yang harus bangun dari tidur siang karena di satroni
polisi serta perangkatnya.
Pukul 17:00 Wib
Peserta gelombang ke dua sampai yang merupakan ketua-ketua Bem
Univ/Fak. Hima/Organisasi Kemahasiswaan ke Gedung/Monumen Perjanjian Linggar
Jati, kedatangan para pemimpin-pemimpin mahasiswa semakin terlihat betapa
ketatnya polisi membuat formasi lapisan pengamanan, dimana pengamanan pertama
di dominasi oleh 80% intel 10 % polisi berseragam 10% Preman jelas dari formasi
ini polisi berusaha melakukan penggalangan dengan tekanan bahwa warga akan
dihadapkan kepada mahasiswa Lapisan ke dua dan ketiga sudah pasti lapisan
pasukan untuk meligitimasi penangkapan dan pemeriksaan dengan judul besar
“Tindakan Anarkis Mahasiswa” yang berujung kembali mengkriminalkan gerakan
MAHASISWA.
Melihat kondisi ini maka para pemimpin mahasiswa membangun
kesepakatan menutup acara MUNAS Mahasiswa Indonesia yang telah menghasilkan
Manifesto Mahasiswa serta menyusun gerak serempak dalam gerakan oktober 2012
menuju SUMPAH PEMUDA yang disaksikan secara bisu tetapi memiliki makna di depan
monument perjanjian linggar djati dengan di iringi khidmat lagu Indonesia Raya.
Serta para pemimpin mahasiswa bersepakat mewakili dan terwakili
sebagai wilayah untuk melakukan pematangan hasil MUNAS Mahasiswa Indonesia di
Perbatasan Jakarta-Tanggerang Selatan Univ. Muhamadiyah Jakarta serta Univ.
Pamulang.
- Perjalanan yang begitu serius dalam menghadapi MUNAS Mahasiswa Indonesia menempatkan perjalanan mental dan sikologi solitnya persatuan mahasiswa dalam kekuatan kehendak-NYA Tuhan YME karena tidak bisa di pungkiri alur Pembukaan acara MUNAS Mahasiswa Indonesia di Kesepuhan Keraton Cirebon, MUNAS Mahasiswa Indonesia dalam merumuskan Manifesto di rembukan di Mesjid Unswaganti I, dan Penutupan MUNAS di lakukan di Monumen Linggar Jati. Dalam Tekanan serta Penjagaan yang ketat oleh pihak polisi serta perangkat lingkar SBY. Bemaknakah ini alur MUNAS Mahasiswa Indonesia biar Kuasa Tuhan YME yang menyempurnakan dari maksud, tujuan serta cita-cita mahasiswa bersatu. Begitu pula Tuhan YME telah menyempurnakan SUMPAH PEMUDA sebagai tonggak sejarah persatuan menuju Indonesia merdeka dibawah pengawalan ketat senjata penjajah.
- Pemuda dan Rakyat atas KOMANDO TKR/TNI digalang melawan Penjajahan,
Pemuda
dan Rakyat atas KOMANDO MUNAS Mahasiswa Indonesia digalang Menegakkan Menjunjung
tinggi eksistensi Kemerdekaan Indonesia yang telah di Proklamirkan
Kemerdekaannya pada tanggal 17 Agustus 1945. Menegakkan Jiwa Pembukaan UUD 1945
sebagai filosofi dasar Negara-Bangsa yang berkedaulatan rakyat dalam bingkai
NKRI. Menjalankan
sepenuhnya nilai-nilai Pancasila bukan hanya
sebatas idiologi Negara tetapi juga sebagai falsafah bangsa Atas Kemerdekaannya Indonesia harus berdaulat di bidang politik, berdikari di bidang ekonomi dan berkepribadian di bidang budaya.
sebatas idiologi Negara tetapi juga sebagai falsafah bangsa Atas Kemerdekaannya Indonesia harus berdaulat di bidang politik, berdikari di bidang ekonomi dan berkepribadian di bidang budaya.
Pemuda
dan Rakyat atas KOMANDO POLRI
digalang untuk menghadapi Anak Bangsa yang menjalankan maksud dan tujuan
cita-cita Indonesia Merdeka.
Maka dengan satu kata kita sampaikan
Salam Persatuan….salam dimana suara mu
mahasiswa, pemuda, pelajar dan rakyat Indonesia…
Kaur Ka Ka Kha….
Kaur Ka Ka Kha….
Kaur Ka Ka Kha….
No comments:
Post a Comment