Friday 28 September 2012

KRONOLOGIS PEMBUBARAN DAN PENCEKALAN MUNAS MAHASISWA SE-INDONESIA DI CIREBON 18-20 SEPTEMBER 2012 JUNI 2012


KRONOLOGIS PEMBUBARAN DAN PENCEKALAN
MUNAS MAHASISWA SE-INDONESIA
DI CIREBON 18-20 SEPTEMBER 2012
JUNI 2012
24 Juni 2012 :
Inisiatif untuk melakukan sebuah Musyawarah Nasional Mahasiswa Se-Indonesia di gagas pada bulan Juni 2012, paska Pertemuan Mahasiswa Tingkat Nasional-Konsolidasi Mahasiswa Nasional Indonesia (KOMANDO) 18-20 Mei 2012 di Makassar. Hal ini merupakan amanat hasil dari konsolidasi di Makassar untuk melanjutkan konsolidasi kembali pada bulan September 2012 dalam agenda kembali bermusyawarah dikarenakan melihat kebutuhan akan adanya pertemuan tingkat Nasional di level Mahasiswa yang bertemu untuk membahas jalan keluar dari persoalan bangsa hari ini dan harus dalam bentuk yang lebih konkret.
Akhirnya, keputusan pun diambil untuk melaksanakan Munas di kampus Unswagati Cirebon pada tanggal 18-20 bulan September 2012.
Dasar keputusan
Cirebon sebagai tuan rumah Musyawarah Nasional Mahasiswa Indonesia adalah mengambil semangat kesejarahan djuang Cirebon dalam menegakkan eksistensi Nusantara dan Kemerdekaan Indonesia yang tercermin dalam rangkaian sejarah perlawanan Raja Demak bersama Sunan Gunung Jati terhadap Portugis di Batavia serta pengakuan dunia Internasional terhadap Kemerdekaan Indonesia dalam kesepakatan Perjanjian Linggar jati. Semangat ini secara simbolik oleh Panitia Pelaksana menjadikan lambang Macan Ali sebagai lambang MUNAS Mahasiswa Indonesia.

29 Juni 2012 :
Beberapa Presiden Mahasiswa antara lain UNSWAGANTI dan UNPAM pun mulai mendatangi kampus-kampus di beberapa kota dalam rangka mensosialisasikan rencana kegiatan tersebut.
JULI 2012
07 Juli 2012 :   
Proposal pun dibuat, disetujui oleh Rektorat UNSWAGANTI dan pelaksana kegiatan tersebut adalah LPM ( Lembaga Pers Mahasiswa ) Unswagati. Undangan pun mulai disebarkan ke Seluruh Indonesia.
Dan perlu diketahui, Bahwa Rektor dalam Susunan Panitia sebagai Pelindung dan Wakil Rektor III Sebagai Penasehat, BEM dan BPM Univ. sebagai Penanggung jawab.
SEPTEMBER 2012
11 September 2012 :
Setelah undangan tersebar semenjak dua bulan yang lalu (Juni-Agustus 2012), tiba-tiba panitia pelaksana kegiatan LPM ( Lembaga Pers Mahasiswa ) Unswagati mendapatkan surat dari Rektor yang menyatakan membatalkan persetujuan kegiatan Munas Mahasiswa Se-Indonesia. Panitia pelaksana pun meminta audiensi dengan Rektor Unswagati.
13 September 2012 :
WR III Unswagati membeberkan kepada panitia bahwa dia mendapatkan tekanan dari BIN pusat. Dan semalam (12/9) sekitar pukul 24.00 wib rumahnya didatangi aparat.
14 September 2012 :
Audiensi dilakukan. Akhirnya, setelah dijelaskan oleh Rektor Unswagati pun memahami maksud panitia pelaksana kegiatan dan mendukung sepenuhnya kegiatan tersebut, namun berpesan pada panitia tetap menjaga nama baik kampus. Didepan kampus Unswagati, mulai terlihat Aparat Polisi bersenjata lengkap berjaga-jaga.
15 September 2012 :
Panitia pelaksana mendapatkan surat bahwa aula kampus dan Asrama Pusdiklatpri Kota Cirebon yang akan digunakan untuk Munas tidak bisa digunakan. Panitia pun mulai mengidentifikasikan tempat-tempat lain yang dapat digunakan.
16 September 2012 :
Panitia terus berkeliling dan masih belum mendapatkan gedung Kondisi kampus Unswagati terus dijaga, bahkan Satpam kampus dan Menwa (Resimen Mahasiswa) ikut mengawasi kegiatan panitia.
Tentu saja ini menjadi pertanyaan dan pembahasan di ke panitiaan karena hal ini terjadi tidak seperti biasanya . 17 September 2012 :
Panitia mendapatkan kepastian Tempat seminar Nasional di Keraton kesepuhan Cirebon dan telah mengantongi izin dari kesultanan kesepuhan, sedangkan mengenai Munas Mahasiswa Indonesianya direncanakan di Asrama Haji, Watu Belah Cirebon.
Peserta mulai berdatangan. Tapi, ternyata pihak kampus melalaui WR 3 menolak peserta diinapkan di kampus. Di sinyalir,pihak kampus mendapatkan intimidasi dan tekanan dari pihak-pihak yang tidak menginginkan seminar dan munas terlaksana.
18 September 2012 :
Pukul 06:00 Wib
Peserta Seminar Nasaional mulai berdatangan dan terakumulasi mencapai 148 delegasi organisasi mahasiswa se Indonesia.
Pukul 07.15 Wib
Namun, tiba-tiba empat orang berpakaian sipil yang mengaku sebagai polisi bertertiak-teriak di sekitar lokasi Seminar Nasional tersebut (keratin).
Mereka (Polisi) menendangi kursi peserta dan mencambuki peserta-peserta memakai jaket mereka. Tidak itu saja, bahkan mereka merampas id card peserta dan panitia, daftar hadir, uang registrasi peserta dan beberapa barang lainya milik panitia dengan dalih sebagai barang bukti.
Panitia mencoba berdialog dengan polisi dan lurah keraton (Elang Bandi), namun terus menerus dibentak dan didorong keluar keraton kesepuhan. Akhirnya peserta dan panitia mengalah dan memutuskan bertahan di luar pintu gerbang keraton ditengah 3 kompi Dalmas yang sudah bersiap.
Tidak sedikit peserta yang tertekan karena kaget mendapat perlakuan demikian dari “keraton” dan kepolisian. Panitia sendiri merasa kebingungan, karena merasa sudah mendapat izin restu dari Sultan Sepuh Kasepuhan XIV
Arief Natadiningrat SE., namun alasan polisi membubarkan kegiatan tersebut adalah karena tidak mengantongi izin dari kepolisian, bahkan ada salah satu orang polisi yang belakangan diketahui sebagai Kasatintelkam Polresta Cirebon menuduh mahasiswa sedang melakukan kegiatan MAKAR . Tentu saja kami panitia dan peserta seminar nasional yang seluruhnya adalah ketua BEM kampus se-Indonesia merasa bahwa ada tindakan yang berlebihan sedang dikondisikan oleh pihak kepolisian secara teori potensial polisi sedang menskenariokan bentrokan warga terhadap acara MUNAS Mahasiswa Indonesia.
Perlu diketahui bersama Thema Besar MUNAS Mahasiswa Indonesia adalah “Kembali ke Takdir Indonesia 1945 Mempersatukan Khidmat Mahasiswa dan Rakyat Menuju Indonesia yang Berdaulat, Adil dan Makmur”. Sama sekali tidak ada hubungannya dengan MAKAR seperti yang dituduhkan polisi (Kasatintelkam Polresta Cirebon).
Akhirnya, kami (perwakilan panitia) dan polisi (Kapolresta Cirebon) diundang masuk ke dalam oleh Kesepuhan, menuju ke dalam keraton identitas kami disita sementara oleh polisi. Setelah bertemu, Sultan akhirnya memutuskan membolehkan mahasiswa se-Indonesia masuk ke dalam lingkungan keraton dan diperbolehkan berkeliling melihat-lihat dengan dipandu abdi dalem keraton.
Peserta dan panitia akhirnya diperbolehkan masuk kembali ke Keraton, akhirnya di dalam kami melakukan diskusi santai dengan tetap pantauan ketat oleh beberapa intel. Polisi berseragam pun pulang.
Pukul 14: 10 Wib
kami(panitia)kembali didatangi oleh pihak keraton, dan menyarankan mahasiswa untuk menyudahi kegiatan.
Pukul 14 : 45 wib
Tiba-tiba panitia mendapat kabar dari pengelola gedung asrama haji, tidak bisa memberikan surat ijin tempat dengan alasan panitia belum mengantongi ijin keramaian digedung asrama haji. Ternyata tidak hanya disitu hampir seluruh fasilaitas tempat yang biasa digunakan untuk Mahasiswa berkegiatan di wilayah CIREBON tidak dapat di gunakan oleh kegiatan kita yang dimana terus polisi melalui perangkatnya melakukan tekanan intimidasi kepada tempat-tempat yang berani menerima kegitan MUNAS Mahasiswa Indonesia berlangsung dengan tuduhan terlibat mendukung dalam Gerakan MAKAR, serta polisi terus melakukan konsolidasi kordinasi dalam merekayasa benturan antara Mahasiswa Indonesia dengan WARGA.
Melihat kondisi ini panitia dan peserta bersepakat MUNAS harus tetap dilakukan walaupun harus dilapangan maupun di alam terbuka tanpa atap dengan segala macam bentuk kekurangan serta tekanan “KARENA KITA MEYAKINI BAHWA KITA SEDANG MEMBICARAKAN KEBENARAN TERHADAP KONDISI BANGSA HARI INI”, karna tidak ada lagi tempat yang dapat kami singgahi lagi hanya untuk sekedar bermusyawarah membahas persoalan bangsa .
Pukul 16 : 50 wib
Akhirnya, panitia dan peserta berpindah kekampus I Unswagati untuk beristirahat dan bermalam namun ternyata lagi – panitia didatangi oleh WR 3 Unswagati dan kampus meminta agar tamu peserta (ketua BEM se-indonesia) harus meninggalkan kampus Unswagati besoknya pukul 10 : 00 Wib. Semakin terlihat jelas ada “kekalapan” polisi yang sudah pasti perintah Pusat baik Mabes maupun Polda Jabar melakukan tekanan luar biasa dan berpotensi pengancaman terhadap pihak kampus apakah hanya untuk sekedar dan bermalam saja bahkan kami tidak diperkenankan .
Perlu diketahui bahwa KAPOLDA JABAR merupakan bekas Ajd SBY dan berharap ini menjadi prestasi menuju MABES POLRI
19 September 2012 :
Pukul 10 : 00 wib
Benar saja pihak kampus kembali mendatangi panitia dengan kondisi sudah tidak mampu lagi membendung tekanan dan intervensi “MEREKA”, menempatkan kampus mengambil pilihan berhadap-hadapan dengan mahasiswa. Panitia meminta untuk diberikan kesempatan tambahan waktu merapatkan soal teknis fieldtrip sejarah ke gedung perjanjian linggarjati dan teknis kepulangan para peserta.
Panitia menyadari penuh keterdesakan kampus terhadap kondisi dan situasi ini serta keterpaksaan kampus harus dihadapkan kepada mahasiswa. Karena sampai akhir pun kampus tetap berpihak kepada mahasiswa dengan memfasilitasi kendaraan menuju ke Gedung Perjanjian Linggar jati.
Pukul 14:00 Wib
Peserta berangkat ke gedung linggar jati dengan dua gelombang, ternyata setelah gelombang pertama sampai ke Gedung/Monumen Perjanjian Linggar Jati wilayah sudah kembali berada dalam tekanan pihak Kepolisian dan memberitakan kepada perangkat desa/dukuh bahwa mahasiswa akan membuat KERIBUTAN di Wilayah sekitar Linggar djati yang sudah tentu ini menimbulkan kebingungan perangkat desa/dukuh yang harus bangun dari tidur siang karena di satroni polisi serta perangkatnya.
Pukul 17:00 Wib
Peserta gelombang ke dua sampai yang merupakan ketua-ketua Bem Univ/Fak. Hima/Organisasi Kemahasiswaan ke Gedung/Monumen Perjanjian Linggar Jati, kedatangan para pemimpin-pemimpin mahasiswa semakin terlihat betapa ketatnya polisi membuat formasi lapisan pengamanan, dimana pengamanan pertama di dominasi oleh 80% intel 10 % polisi berseragam 10% Preman jelas dari formasi ini polisi berusaha melakukan penggalangan dengan tekanan bahwa warga akan dihadapkan kepada mahasiswa melalui sekenario provokasi preman atas nama warga sekitar.
Lapisan ke dua dan ketiga sudah pasti lapisan pasukan untuk meligitimasi penangkapan dan pemeriksaan dengan judul besar “Tindakan Anarkis Mahasiswa” yang berujung kembali mengkriminalkan gerakan MAHASISWA.
Melihat kondisi ini maka para pemimpin mahasiswa membangun kesepakatan menutup acara MUNAS Mahasiswa Indonesia yang telah menghasilkan Manifesto Mahasiswa serta menyusun gerak serempak dalam gerakan oktober 2012 menuju SUMPAH PEMUDA yang disaksikan secara bisu tetapi memiliki makna di depan monument perjanjian linggar djati dengan di iringi khidmat lagu Indonesia Raya.
Serta para pemimpin mahasiswa bersepakat mewakili dan terwakili sebagai wilayah untuk melakukan pematangan hasil MUNAS Mahasiswa Indonesia di Perbatasan Jakarta-Tanggerang Selatan Univ. Muhamadiyah Jakarta serta Univ. Pamulang.
Pukul 19:00 Wib
Pemimpin-pemimpin Mahasiswa bersama peserta Jakarta dan wilayah luar jawa berangkat ke Jakarta dan peserta wilayah jawa barat, tengah dan timur kembali ke daerah masing-masing dengan pemimpin-pemimpin mereka ke Jakarta……..
Ttd
Humas Munas Mahasiswa se-Indonesia
Menjadi Catatan Kita Bersama
1. Sekenario yang telah dilakukan oleh pihak aparatur polisi dan kepentingan SBY dalam mengartikan PARANOIT pemerintah hari ini menempatkan kondisi Cirebon mengulangi sejarah perjalanan pasca Kemerdekaan Indonesia yaitu tepatnya Peristiwa Serangan Umum 1 Maret dimana dalam sejarah ini pejuang rakyat dan pemuda dalam komando TKR menghadapi Agresi Militer Belanda dapat perlindangan oleh Kraton Yogyakarta pasca menghadapi agresi militer Belanda yang akan kembali mengganggu eksistensi kedaulatan Indonesia yang telah Merdeka. Jelas siapa penjajah dan pejuang dalam cerita sejarah ini.
Lalu Cirebon, Intervensi yang luar biasa telah di lakukan oleh aparatur polisi dan lingkar SBY menghadapi MUNAS Mahasiswa Indonesia menempatkan mahasiswa tidak memiliki pilihan tempat dan berujung kepada Kesepuhan Kraton Cirebon. Jadi kita mempertegas keberadaan MUNAS Mahasiswa Indonesia di Kesepuhan Cirebon bukan didasari sebatas wisata budaya melainkan di
desaknya mahasiswa dengan intervensi serta intimidasi tempat-tempat yang akan di gunakan MUNAS Mahasiswa Indonesia. Jelas siapa belanda sang penjajah dan Pemuda, rakyat dalam komando TKR sebagai pejuang dalam cerita sejarah ini.
2. PARANOIT berlebihan menempatkan citra POLRI hanya sebagai alat kekuasaan dan tidak lagi mampu berfikir secara akal sehat dengan tindakan-tindakan yang telah mereka lakukan dalam mensabotase dan mencekal tempat-tempat di wilayah Cirebon serta perbatasan cirebon-kuningan dengan berlebihannya menghadapi anak bangsa yaitu MAHASISWA Indonesia dengan terkutip
Pukul 14:00 Wib
Peserta berangkat ke gedung linggar jati dengan dua gelombang, ternyata setelah gelombang pertama sampai ke Gedung/Monumen Perjanjian Linggar Jati wilayah sudah kembali berada dalam tekanan pihak Kepolisian dan memberitakan kepada perangkat desa/dukuh bahwa mahasiswa akan membuat KERIBUTAN di Wilayah sekitar Linggar djati yang sudah tentu ini menimbulkan kebingungan perangkat desa/dukuh yang harus bangun dari tidur siang karena di satroni polisi serta perangkatnya.
Pukul 17:00 Wib
Peserta gelombang ke dua sampai yang merupakan ketua-ketua Bem Univ/Fak. Hima/Organisasi Kemahasiswaan ke Gedung/Monumen Perjanjian Linggar Jati, kedatangan para pemimpin-pemimpin mahasiswa semakin terlihat betapa ketatnya polisi membuat formasi lapisan pengamanan, dimana pengamanan pertama di dominasi oleh 80% intel 10 % polisi berseragam 10% Preman jelas dari formasi ini polisi berusaha melakukan penggalangan dengan tekanan bahwa warga akan dihadapkan kepada mahasiswa Lapisan ke dua dan ketiga sudah pasti lapisan pasukan untuk meligitimasi penangkapan dan pemeriksaan dengan judul besar “Tindakan Anarkis Mahasiswa” yang berujung kembali mengkriminalkan gerakan MAHASISWA.
Melihat kondisi ini maka para pemimpin mahasiswa membangun kesepakatan menutup acara MUNAS Mahasiswa Indonesia yang telah menghasilkan Manifesto Mahasiswa serta menyusun gerak serempak dalam gerakan oktober 2012 menuju SUMPAH PEMUDA yang disaksikan secara bisu tetapi memiliki makna di depan monument perjanjian linggar djati dengan di iringi khidmat lagu Indonesia Raya.
Serta para pemimpin mahasiswa bersepakat mewakili dan terwakili sebagai wilayah untuk melakukan pematangan hasil MUNAS Mahasiswa Indonesia di Perbatasan Jakarta-Tanggerang Selatan Univ. Muhamadiyah Jakarta serta Univ. Pamulang.
3. Perjalanan yang begitu serius dalam menghadapi MUNAS Mahasiswa Indonesia menempatkan perjalanan mental dan sikologi solitnya persatuan mahasiswa dalam kekuatan kehendak-NYA Tuhan YME karena tidak bisa di pungkiri alur Pembukaan acara MUNAS Mahasiswa Indonesia di Kesepuhan Keraton Cirebon, MUNAS Mahasiswa Indonesia dalam merumuskan Manifesto di rembukan di Mesjid Unswaganti I, dan Penutupan MUNAS di lakukan di Monumen Linggar Jati. Dalam Tekanan serta Penjagaan yang ketat oleh pihak polisi serta perangkat lingkar SBY. Bemaknakah ini alur MUNAS Mahasiswa Indonesia biar Kuasa Tuhan YME yang menyempurnakan dari maksud, tujuan serta cita-cita mahasiswa bersatu. Begitu pula Tuhan YME telah menyempurnakan SUMPAH PEMUDA sebagai tonggak sejarah persatuan menuju Indonesia merdeka dibawah pengawalan ketat senjata penjajah.
4. Pemuda dan Rakyat atas KOMANDO TKR/TNI digalang melawan Penjajahan,
Pemuda dan Rakyat atas KOMANDO MUNAS Mahasiswa Indonesia digalang Menegakkan Menjunjung tinggi eksistensi Kemerdekaan Indonesia yang telah di Proklamirkan Kemerdekaannya pada tanggal 17 Agustus 1945. Menegakkan Jiwa Pembukaan UUD 1945 sebagai filosofi dasar Negara-Bangsa yang berkedaulatan rakyat dalam bingkai NKRI. Menjalankan sepenuhnya nilai-nilai Pancasila bukan hanya
sebatas idiologi Negara tetapi juga sebagai falsafah bangsa Atas Kemerdekaannya Indonesia harus berdaulat di bidang politik, berdikari di bidang ekonomi dan berkepribadian di bidang budaya.
Pemuda dan Rakyat atas KOMANDO POLRI digalang untuk menghadapi Anak Bangsa yang menjalankan maksud dan tujuan cita-cita Indonesia Merdeka.
Maka dengan satu kata kita sampaikan
Salam Persatuan….salam dimana suara mu mahasiswa, pemuda, pelajar dan rakyat Indonesia…
KAUR KA KA KHA…
KAUR KA KA KHA…
KAUR KA KA KHA…

No comments:

Post a Comment